Minggu, 20 Mei 2012

PEREMPUAN DINISTA SIAPA YANG BELA

PEREMPUAN DI NISTA SIAPA YANG BELA?

“Laki-laki adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kaum perempuan).” ( An-Nisa’: 34)

Ya, perempuan, (istri) memiliki kedudukan secara harfiah lebih rendah dibanding laki-laki. Kekuasaan perempuan berbatasan dengan benturan-benturan dari pemaknaan yang masih selingkup tafsir harfiah. Perempuan tidak lagi subyek , melainkan obyek dari berbagai peluang. Pemimpin adalah laki-laki.

Tidak juga keluarga, perdebatan dalam kancah politikpun kadang mengesampingkan kecerdasan perempuan. Semisal, isu yang dibangun oleh lawan politik_ yang diketuai oleh perempuan Megawati_ membatasi gerak perempuan untuk maju ke tahta kepresidenan. Terang dan gamblang bahwa imam itu harus lelaki, tidak perempuan.

Terlepas dari benar atau salah dari pemaknaan itu, perempuan memang lemah secara fisik, pikiran maupun kepribadiannya. Lemah-lembut, perasa merupakan identitas fisik makhluk yang pingin dipuja itu. Tak, mengherankan jika perempuan dalam mempertahankan diri jarang menggunakan kekuatan fisik. Cukup dengan mengeluarkan air mata, menangis, lelaki akan bersimpuh, bertekuk lutut. Tak sedikit merengek meminta ampun, dan mengatakan “ Besuk tidak akan mengulagi”.

Perempuanlah orang pertama kali menangis, tatkala menyaksikan tragedi memilukan, keadaan memprihatinkan. Sekalipun air mata mengering, jika memang kemauan perempuan belum terselesaikan, tak kan pernah menghentikannya.

Peluang ini yang selalu, dimanfaatkan oleh lawan atau pasangan untuk meniadakan peluang perempuan untuk berekspresi, berpolitik, mengaktualisasikan kemampuan untuk kesejahteraan kaumnya. Tidak sedikip para laki-laki ( suami ) yang memanfaatkan keperkasaannya dengan meniadakan peluang perempuan menjadi makhluk yang mulia.

Surga nunut neraka katut.
Penghargaan terhadap perempuan tidaklah hasil keringat, usaha keras, hasil pemikiran makhluk cerdas melainkan bentuk hadih dari pasahan hidup. Benarkah perempuan tidak layak mendapatkan penghargaan karena hasil kerja dan pikiran cerdas? Atau sekadar, makhluk lemah yang perlu dikasihani? Bahkan hanya sebuah obyek, siap menerima perlakuan apa pun, oleh siapapun, tanpa batas, kapan dan dimana? Pasif, tak berdaya, diharuskan untuk menerima adanya.

Sebegitu besar bentuk pengekangan kreatifitas perempuan. Tak mengherankan jika opini yang terbangun semakin menguatkan tembok-tembok penghalang gerak perempuan. Semakin jauh panggang dari api, perempuan tak layak mendapatkan kemuliaan. Tatkala usaha keras, tidak menghasilkan pengakuan. Begitu sebaliknya, tatkala pasangan hidup ( suami )mendapatkan ketidakpastian karena ulah pribadi sendiri tanpa melibatkan perempuan, pasangan hidup (istri), perempuan siap menjadi penanggung jawab. Menyedihkan!

Maka tidak sedikit, laki-laki yang mamaknai, bahwa perempuan memang pantas untuk dieksploitasi. “ Istri-istri kamu seperti sawah (ladang) bagi kamu, maka tanamlah di sawah itu sebagaimana yang kamu inginkan “. (Al-Baqarah : 223). Sebegitu kuatkah kekuasaan laki-laki sebagai subyek dalam kesepakatan kolektif yang disaksikan oleh penghulu dalam merajut perkawinan. Sebegitu lemahkah perempuan?

Ya, perempuan memang sebagai obyek yang boleh di “ tanami “ menurut kemauan pasangan lain jenis. Tetapi jangan lupa Tuhan SWT, menghendaki laki-laki (Suami) menjadi petani yang baik. Berhak bercocok tanam di seluruh sawah yang dia miliki, di mana yang dia sukai, tak ada suatu larangan apa pun. Ia berhak melakukan sesuatu asal masih dalam lingkungan tanah sawah yang dia miliki itu.

Ya, tak jarang kekerasan rumah tangga yang terjadi akhir-akhir ini karena kesalahan pemaknaan terhadap tafsir. Bahkan kekerasan itu terjadi berangkat dari ketidak sepahaman sebagai kerja kolektif dengan berbagi Sepenggal, tanpa melihat sebab dan akibat dari beberapa wahyu
“Istri-istri yang kamu takuti kedurhakaan mereka, berilah nasehat, berpisahlah tidur kamu dari mereka, dan pukullah mereka itu “. ( An-Nisa’: 34) laki-laki dapat melakukan apa saja termasuk kekerasan fisik ( memukul). Apakah memang benar, laki-laki dapat melakukan hal itu?

Laki-laki pun lebih, berhak, atas harta yang diwariskan oleh kedua orang tuanya yang telah meninggal. “ Lidz-dzakri mitslu hazhzhil-untsayain ( QS An-Nisa’: 11). Anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan.

Rasa keadilan memang sulit dipahami, dilogika dengan nalar yang tidak berkehendak baik. Semisal, anak kecil akan menangis manakala orang tua dianggap berlaku tidak adil karena memberikan uang lebih banyak terhadap kakaknya. Benar! Orang tua tidak adil, jika kita hanya melihat dari dari jumlah rupiah yang dibagikan.

Melihat konsep kehidupan keluarga sebagai konsepsi dari persetujuan kerja kolektif tidaklah bijak jika lelaki saja yang berhak atas segalanya. Tidaklah bijak pula jika Konsep Ekonomi keluarga tidak memberikan peluang perempuan untuk ikut bertanggung jawab atau berhak atas kehidupan bersama. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah,” Hak (nafkah) istri yang dapat ditermanya dari suaminya seimbang dengan kewajibannya terhadap suaminya itu dengan baik ( 228). Maka tidaklah tepat jika laki-laki semena-mena “ Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, sesungguhnya kamu mengambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan halal bagi kamu mencampuri mereka dengan kalimat Allah, dan diwajibkan atas kamu (suami) memberi nafkah dan pakaian kepada mereka (istri-istri) dengan cara yang sebaik-baiknya ( pantas)”. ( Riwayat uslim)


Ketergantungan perempuan (istri ) terhadap keberadaan suami memang tidak dapat dipungkiri. Tetapi juga sebaliknya, laki-laki pun butuh isteri. Simbiosis mutualisme, sayur tanpa garam, kurang lezat/nikmat jika salah satu unsure ada yang hilang.

Meski tidak sedikit, banyak, perempuan yang mampu mengambil alih peran laki-laki, pemaknaan persamaan gender hanya sebagai wacana. Perempuan sebagai subyek tak mampu menunjukkan keakuannya. Lihat saja, pemilihan anggota legeslasi di negeri ini. Meskipun jumlah perempuan lebih banyak, tak ada separoh jumlah anggota legislasi seluruhnya.

Siapa yang bertanggung-jawab? Pemerintahkan? Lelakikah! Mestinya tidak! Keberhasilan tidak datang dari mana-mana.

Terus! Bagaimana dengan pengakuan perempuan dalam rumah tangga oleh laki-laki? Perbedaan laki-laki dan perempuan hanya perbedaan biologis. Pandangan “menganaktirikan” perempuan yang sering dihubungkan dengan agama, maupun doktrin kultur. Agama dipandang telah memapankan “ ketimpangan” peran berdasarkan perbedaan jenis kelamin hanyalah tafsir yang salah. Ketimpangan itu perlu disikapi dengan kajian mendalam tentang kodrat perempuan dengan cermat.

Ya, perempuan tidak perlu dikasihani karena perempuan adalah makhluk yang punya potensi dan kemampuan. Perempuan memang kalah fisik tetapi tidak kalah kemampuan. Sejarah sudah membuktikan. Perempuan tidak perlu menangis, merengek karena itu hanya akan merendahkan perempuan sendiri. Tetapi, jangan lupa, Wadon nir Wadonira karana kaprabaweng slakarukmi”. Perempuan tidak boleh kehilangan kewanitaannya karena pengaruh perak dan emas. Dan, ”Wanita kuwi kudu anduweni suci ati, suci rupa, lan suci uni,” maka tak ada lagi tangis, ratapan perempuan. Tak kalah penting wanita harus berserikat dan berkumpul agar kuat. Keselamatan perempuan tidak cukup dengan terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Talam Rumah Tangga”. Tidak cukup hanya membaca Al-Quran surat An-Nisa’ atau membaca kitab Injil, taurat, Zabur. Atau bahkan hanya menyanyikan kidung Rumekso Ing Wengi atau hanya bersuara lantang di televisi, radio, jalan-jalan raya, di laut, atau bahkan hadapan Pak Presiden. Perempuan tetap sering di nista.

Meski demikian Marsinah tetap menggugat!

MENGEMBALIKAN ROH PENDIDIKAN

MENGEMBALIKAN ROH PENDIDIKAN



Biarkan jendela dan pintu rumahku
Tetap terbuka lebar
Sehingga semua angina
Dari utara dan selatan
Dari timur dan barat
Dapat meniup ke rumahku
Tetapi jangan sampai meruntuhkan fundamental rumahku
Sajak Mahatma Gandhi ( Nursid Sumaadmaja, 2009)
Proses pembangunan akan hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan bangsanya sendiri. Nilai budaya bangsa menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara serta merupakan alat seleksi bagi pengaruh luar yasng sudah tak terkendali lagi.
Setiap kelompok berhak mewujudkan identitas budaya dan setiap kelompok diakui identitas budayanya. Partisipasi rakyat diperlukan dalam pengembangn budaya bangsa. Antar bangsa, saling mengisi, saling mengilhami sehingga adanya kemajuan dan peningkatan antar budaya.

a. I. J. Rousesau berpendapat bahhwa pada dasar (asal)-nya manusia baik, menjadi jelek (jahat) karena peng lingkungan. Dasar pendidikan menurut Rousseau adalah pembawaan dan tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang bebas merdeka.

b. John Locke (1632-1704), berpendapat bahwa jiwa itu waktu dilahirkan kosong dan pasif. Jiwa itu pada saat lahir sama dengan tabula rasa (meja lilin) atau (sehelai kertas) putih bersih. J. I Locke seorang empirist, ia menyatakan bahwa empirist (pengalaman) adalah sumber pengetahuan. Tujuan pendidikan menurut dia adalah membetuk seseorang kasatria (gentleman) yang saleh dan berguna bagi hidup bersama dalam masyarakat. Oleh karena itu ia memperhatikan pendidikan kesusilaan. Manusia harus mampu munguasai diri sendiri dan memiliki hargadiri. Anak harus patuh tanpa ganjaran ataupun hukuman.
Jadi sangat masuk akallah apabila di bidang pendidikan dan pengajaran pada abad ke-19 itu mengalami perkembangan pula. Perkembangan itu antara lain adalah pendidikan per kepala harus diganti dengan sistem klasikal.

Pendapat Pentalozzi J.H. mementingkan pendidikan keluarga. Keluarga merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Inti pendidikan adalah pendidikan kesusilaan dan pendidika keagaman. Dasar pendidikan menurut dia adalah kodrat anak dan tujuan pendidikan mengembangkan segala daya kemampuan anak untuk mencapai kemanusiaan sejati. Adalah menjadi tugas pendidik agar anak dapat mengentaskan dirinya sendiri (dapat hidup mandiri).
Friedrich Frobel (1782-1852), sangat mencintai anak dengan dunia anak-anaknya. bahwa sumber dari segala sumber segala sesuatu adalah Tuhan. Tiap manusia mempunyai dorongan. Tugas pendidik adalah memperkembangkan dorongan itu secermat-cermatnya agar dengan demikian manusia memiliki budi pekerti dan dapat menciptakan kebudayaan serta memelihara dan memajukan kebudayaan itu. Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang memperhatikan persesuaian antara kebutuhan dengan alam anak-anak. Perinsip pendidikan Frobel adalah anak harus dibuat aktif, aktif bermain dan aktif bekerja serta aktif berlatih. Perinsip didaktiknya adalah pengajaran harus dimulai dari yang sederhana, yang gampang meningkat kepada hal-hal yang komplek, yang sulit.

Pokok-pokok pikiran pendidikan abad ke-20 :
a. Pendidikan/pengajaran lama yang pasif diganti dengan pendidikan yang membuat anak aktif. Pendidikan lama bersifat teacher centred, menurut pikiran baru harus pupil centerd. Anak sebagai subyek didik. Pendidikan harus diindividualisasikan. Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki integritas kepribadian timggi dan bertanggung jawab. Pendidikan harus mampu mempersiapkan anak masuk kedalam dunia kerja, dalam masyarakat.
Tokoh-tokoh penting yang berjasa di bidang pendidikan :
a. Montessori : Asas pendidikan yang dikehendaki kebebasan/kemerdekaan. manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam. Dalammenyiasati pengajaran ia tidak setuju dengan hukuman. Hukuman akan datang dari anak itu sendiri manakala anak itu mengalami kegagalan dan berbuat kesalahan. Prinsip-prinsip dasar metode pengajaran Montessori prinsip kebebasan, ilmiah, keaktifan sendiri. Montessori setuju dengan metode penyampaian materi pelajaran dengan metode peragaan. Latihan-latihan diberikan sesuai asas didaktik yakni secara berurutan dari yang mudah menuju yang sukar. Dr. Ovide Decroly (1871-1932). Ia menjadi terkenal karena semboyannya : I'ecole pour la vie par la vie (sekolah untuk kehidupan oleh kehidupan). Maknanya adalah bahwa anak adalah manusia yang selalu tumbuh dan berkembang. Mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan sosial. Jadi sekolah harus berhubungan erat dengan kehidupan.
b. John Dewey, Ia penganut aliran filsafat pragmatisme. Seorang pragmatis berpendapat bahwa suatu pengetahuan itu benar apabila pengetahuan itu berguna dalam memecahkan masalah kehidupan.. Aspek sosiologis adalah bahwa perkembangan daya atau potensi itu diarahkan agar bremanfaat dalam kehidupan sosial. Dewey menentang "sekolah dengar" yang sama sekali tidak memperhatikan minat dan instink anak. Menurut J. Dewey ada 4 instink anak yang perlu diperhatikan instik bermasyarakat, instink membentuk sesuatu, instink menyelidiki, instink kesenian.
Sesuai dengan konsep sekolah kerjanya, Dewey berpendapat bahwa sekolah yang baik adalah sekolah dalam bentuk masyarakat kecil. Maknanya adalah sekolah adalah merupakan tempat bekerja, langsung praktek kerja nyata.
Dengan di tampilkannya tokoh-tokoh pendidikan beserta konsepnya bukannya berarti kita harus mengagumi tokoh-tokoh tersebut, yang kita akui memang berotak brilian, dan mengambil alih saja pendapat (konsep)-nya .

Dari sejarah pendidikan itu kita dapat mengambil manfaat, mana yang tepat dapat kita gunakan dan mana yang seharusnya dibuang karena tidak cocok. Karena tidak semua konsep dapat diterapkan di dalam segala waktu, tempat dan suasana.


Dasar pendidikan masa Hindu Budha Tujuan pendidikan bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai Nirwana. Manusia yang dapat mencapai Nirwana adalah manusia sempurna. Sistem penyelenggaraan pendidikan adalah sistem guru-kuladan berlangsung dalam asrama.

Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik.. Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun boleh mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat pendidikan demokratis dan pengajaran unuk rakyat.
Pendidikan pada masa penjajahan kurang dapat dirasakan oleh para penduduk pribumi (bumi petera). Pendidikan pada masa penjajahan diabaikan demi kepentingan pemerintah (penjajah). Tujuan utama pendidikan pada masa penjajahan Belanda adalah : 1) mencetak tenaga kerja murah yang siap mengabdi kepada pemerintah (kepentingan penjajah Belanda), 2) untuk tetap mempertahankan kelangsungan penjajah Belanda di Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang tujuan pendidikan yang dilaksanakan adalah: 1) untuk mendapat tenaga kerja rendahan (murah) dan 2) untuk membentuk tentara yang siap melawan sekutu.

Menyadari keadaan pendidikan pada masa penjajahan yang sangat merendahkan martabat bangsa sendiri, maka muncul tokoh-tokoh masyarakat yang berkeinginan untuk mendirikan lembaga pendidikan formal (sekolah). Tokoh-tokoh antara lain Ki Hajar Dewantara, KH. Achmad Dahlan dan Moch. Syafei.

Sadar akan kebodohan dan keterbelakangan sebagian besar warga pribumi akibat tidak mendapat perhatian dari penjajah maka Muhammdiyah bangkit dengan cita-cita mempertinggi dan memperluas pendidikan agama Islam secara modern dengan tujuan memperkuat dan memperteguh keyakinan akan kebenaran ajaran Islam.

"learning by doing". Jadi INS Kayutanam mementingkan keterampilan bekerja dari pada keterampilan berfikir murni, tetapi bukan berarti tidak rasional, justru INS mementingkan cara berfikir yang akaliah (rasional). Konsep ini tampak pada tujuan pendidikan yaitu : 1) mendidik anak untuk berfikir rasional, 2) mendidik anak bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh, 3) membentuk anak-anak menjadi manusia yang berwatak dan 4) menanamkan perasaan persatuan.

TEKNOLOGI UNTUK PENDIDIKAN

KINI, penerapan teknologi untuk pendidikan sudah sangat mendesak. Sekolah bertanggung jawab mempersiapkan anak didik memasuki era globalisasi untuk menghadapi tantangan yang berubah sangat cepat. Salah satu tantangan yang dihadapi siswa adalah menjadi lulusan (pekerja) yang lebih bermutu.
Penyiapan lulusan menjadi pekerja bermutu sangat penting. Mengingat, hanya 30% lulusan SMA di negeri ini yang mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Selebihnya jadi pekerja. Sebagian lulusan yang tak melanjutkan pendidikan semestinya mendapat bekal penguasaan teknologi memadai, tanpa mengesampingkan lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Pemanfaatan teknologi untuk proses pembelajaran di sekolah perlu. Sebab, yang terpenting dalam reformasi pendidikan bukan kemampuan menggunakan teknologi, melainkan lebih pada kemampuan membangun inovasi dan kreativitas menghadapi masa depan yang lebih kompetitif secara global.
Membangun kreativitas anak didik dalam proses pembelajaran, baik di kelas maupun luar kelas, hanya dapat dilakukan para guru kreatif. Bukan guru yang cuma dapat menggunakan peralatan berteknologi canggih.
Salah Kaprah Selama ini penggunaan teknologi di dunia pendidikan lebih identik dengan komputerisasi. Bahkan muncul anggapan, belajar yang paling baik adalah lewat internet. Sebab, muncul asumsi melalui internet, siswa mampu mengakses berbagai ilmu pengetahuan. Banyak guru pula memberikan tugas lewat internet.
Namun terkadang kita tak menyadari, di balik kecanggihan internet, siswa dapat terjerumus menghadapi banjir informasi yang lebih kejam dalam membunuh karakter dan kepribadian anak. Lihat, betapa mudah kita mengakses foto bugil dan film porno dari internet.
Betapa sekarang para guru tak terkejut jika membaca berita di Kompas.com bahwa seorang siswa SD di Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, mengakui menyisihkan uang jajan setiap hari untuk bermain game online di warnet selama satu jam penuh. Sehari saja tak pergi ke internet, dia pusing. Bahkan anak itu sekarang sudah tak lagi jajan di sekolah. Dia sudah kecanduan internet, sehingga cenderung malas belajar.
Apakah dia hanya bermain game online? Bagaimana dengan siswa dan anak-anak kita? Apakah kita yakin mereka belum melihat video porno Luna Maya-Ariel-Cut Tari atau film porno yang lain? Padahal, mereka baru duduk di bangku SD atau SMP bukan?
Kesalahpahaman penggunaan teknologi itu muncul lebih karena pemasaran dari bisnis tertentu oleh orang-orang dengan kepentingan tersendiri. Atau, kita banding-bandingkan dengan pendidikan di luar negeri yang bermutu. Namun, bagaimana dengan negara kita yang masih jadi konsummen produk luar negeri? Lihat saja rasio penggunaan komputer untuk siswa, yakni satu komputer untuk 2.000 orang. Jelaslah pembelajaran dengan komputer dan e-learning bukan pemecahan.
Pembelajaran bukan upaya mengejar sebanyak-banyak materi yang dapat diberikan kepada siswa atau kemampuan menggunakan teknologi canggih. Namun, bagaimana meningkatkan mutu proses pembelajaran. Pembelajaran praktik, terutama di sekolah dasar, adalah pilihan bijak. Teknologi canggih hanya sebagian dari teknologi untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermutu.
Di negara maju pun tidak selamanya proses pembelajaran menggunakan teknologi canggih. Guru-guru di Jepang, misalnya, masih menggunakan teknologi seperti realitas (barang asli) yang sederhana. Dulu, mereka mengajarkan bahasa dengan komputer “call”.
Namun kini mereka menggantikan dengan bahan dari kertas. Guru memanipulasi bahan menjadi peraga yang dapat meningkatkan imajinasi sebagai media pembelajaran paling efektif.
 Teknologi Untuk Pendidikan


Penggunaan teknologi sesederhana mungkin jauh lebih efektif untuk membangun kreativitas siswa. Penggunaan teknologi canggih justru membuat siswa pasif dalam belajar karena hanya disuapi. Teknologi canggih seperti komputer sebenarnya akan merendahkan mutu pendidikan jika diposisikan sebagai satu-satunya alat.
Pembelajaran aktif seperti e-learning yang hanya mengajak siswa memanipulasi mouse sambil berkomunikasi dan nonton layar monitor akan membunuh kreativitas karena outcome-nya sangat ditentukan.
Tugas Guru Tantangan bagi dunia pendidikan saat ini adalah meningkatkan kemampuan guru untuk melakukan pembelajaran aktif. Bukan menyiapkan guru yang mampu mengoperasikan peranti berteknologi canggih.
Perubahan itu harus terus dilakukan oleh jajaran pendidikan. Di mana siswa belajar? Siswa mampu berpikir kreatif, reflektif, bahkan menghayati topik yang dipelajari. Anak mampu memikirkan pikiran mereka sendiri dalam cakupan pertanyaan lebih luas dan tak hanya berkait dengan aspek kognitif.
Penerapan teknologi di dunia pendidikan perlu diintegrasikan dalam perencanaan semua aspek pengembangan secara seimbang.
Penyediaan teknologi bukan semata-mata proyek pengadaan barang, yang setelah terbeli menjadi barang inventaris sekolah sebagai pelengkap akreditasi.
Pemecahan terbaik adalah menciptakan guru kreatif yang mampu mengajarkan ilmu sains roket hanya dengan whiteboard maker sebagai alat peraga. Atau, mengajar tentang alat komunikasi telepon dengan dua kaleng yang dilubangi untuk mengaitkan dua utas benang yang berhubungan sebagai peraga komunikasi di sekolah dasar. Guru tak hanya menggantungkan pembelajaran dengan menonton film animasi untuk menjelaskan materi itu.
Pertanyaannya, apakah guru yang mampu mengajarkan perihal alat transportasi modern dengan kayu yang dibentuk seperti mobil dengan roda dari sandal jepit bekas adalah guru gagap teknologi (gaptek)? Apakah guru yang mengajarkan cerita rakyat dengan peraga wayang alang-alang ketinggalan zaman? Bukankah teknologi sederhana dan bentuk apa pun dapat digunakan selama dapat meningkatkan kreativitas siswa? (51)

setengah saksi mata


Saksi mata
Sore itu, perempuan itu tidak sendiri. Ia bersama lelaki yang baru ia kenal lewat jejaring social yang di up-date dari laptopnya. Berjalan jauh. Melewati bukit, sungai, jembatan dan pepohonan yang rindang. Kadang-kadang jurang terjal berada di samping kiri kanan menambah ngeri perjalanan sore itu.
Sudah begitu lama perjalanan itu namun tak jua sampai pada tujuan. Entah mengapa? Barang kali perjalanan sore itu memang tidak bertujuan. Namun tidak dengan batin perempuan dan lelaki itu. Mereka berjalan jauh banyak tujuan yang jumlahnya tak terbilang, sepuluh, seratus bahkan seribu atau sejuta. Banyak, itu ungkapan pembilang jumlah yang layak disebutkan.
Matahari masih sedikit terlihat kekuningan, yang sebentar lagi pulang ke pelaminan. Perempuan itu mengikuti gerakan roda yang dikendarai  lelakinya.  Dengan  dokar Jepang yang berbahan bakar premium perjalanan jauh tak begitu terasa pedihnya. Roda-roda itu berputar, terus berputar meski kadang iri dengan perempuan itu yang tak mengerti beratnya putaran roda mendaki bebukitan terjal dan berliku. Iri, diatas roda itu dua tangan perempuan itu bererat-erat memegang pinggang lelaki.  Dingin barang kali. Terbukti dekapan tangan perempuan itu enggan lepas meski kelokan jalan membuat putaran roda ingin sekali melepaskan tangan lentik itu.
Matahari terasa cepat meninggalkan tempat itu. Tak teratur putaran mentari siang itu, batin perempuan yang duduk di atas putaran roda itu. Yah! Perasaan orang yang tengah bersenang-senang memang sering mengabaikan abdi makhluk lain. Termasuk matahari yang merupakan makhluk paling setia pada time schedule yang telah di gariskan oleh pencipta, Tuhan YME. Pernahkah matahari terbit tidak tepat waktu. Meski mendung, sang raja siang itu tetap setia pada hukum-hukum yang telah menjadi sunah. Tidak dengan dua makhluk Tuhan yang berakal itu. Sudah berkali ulang mengubah schedule yang telah digarirkan oleh kesepakatannya dengan waktu sebagai anak sejarah.
Tak lagi memerah, sinar mentari yang merajai energy bumi. Mungkinkah kehabisa energy atau bosan dengan dua insan yang tak setia pada waktu. Yah, waktu untuk berjuang 



percakapan 2


PERCAKAPAN

SEBagai Adam, kupetikkan  untukmu
Sekuncup tangkai mawar  dari taman firdaus
Lantaran dikilatan mata mu itu
Ku lihat pantulan takdir
“”””” adakah kau bagian dari daftar rahasia itu?
Seperti juga
Kakikata masa depan
Panjang pendek usia


Tak penting lagi?
Apakah kau akan masih memilih
Atau Kau
Yang terpaksa memilih Aku!
Sebab kliklak waktu sudah terlanjur memotret
Prasasti di belahan gunung itu

Tak perlu menunggu meski engkau dikawini ragu
Andai saja ???
Ya andai saja engkau tersedia obsi untuk memutar balik jarum jam itu
Sudah terlalu tercabar lebih dini
Gerakan magma gunung yang terlanjur menggumpal
Dan tidak sekali timbul gempa keraguanlagi
Lindap malam tinggal berapa depa
Gelap sebentar  lagi lesap oleh cakrawala
Mari kududukkan di tersas pangkuan
Menjaga
Keraguan pergi

sepi

sepi karena sendiri
sendiri karena engkau pergi
aku sendiri
engkau?
..................
disana menyendiri
diam seribu bahasa
tanpa kata
tanpa bicara

katakataku

katakataku
guru digugu lan ditiru
ia tahu
mereka tahu
tetapi...
engkau?
bagai sebuah teka teki
yang butuh isian
walau kadang tak pas
dengan ja
jawaban yang dibutuhkan.....IRONIS

Sabtu, 19 Mei 2012

TEAM WORK YANG SOLID


TEAM WORK YANG SOLID.....

Output sekolah adalah prestasi yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.Pada umumnya,output dapat diklasifikasikan menjadi 2,yaitu:prestasi akademik dan output prestasi non-akademik.Prestasi itu biasanya dicapai melalui event seperti lomba ataupun festival dan sejenisnya.Jika mendapatkan juara maka,dikatakan telah mengukir prestasi,jika lulusan kelas 6 masuk peringkat juga dikatakan sebagai prestasi.Masa lalu SD 2 Singorojo adalah sebuah sekolah yang berada di pedesaan jauh dari keramaian kota,jauh dari pergunjingan khalayak ,dan sama sekali tak tersebut namanya sebagai juara,bahkan hampir tak pernah berbicara dikancah apapun.Bak sekolah yang mati,tak beraktivitas,tak seperti lazimnya sekolah yang lain,dengan visi misi yang tak jelas pula.Tak tentu tujuan yang akan dicapai.Rutinitas yang dijalankan hanya sekedar datang duduk,dengar catat dan pulang....

Saat ini,bagaikan dua sisi mata keping uang yang sangat berbeda,prestasi merangkak,melaju dan merubah opini luar tentang SD 2 Singorojo.Semua itu berkat kerja keras team work sekolah ini.Diawali dengan perjuangan keras,mengevaluasi,menata akhirnya melangkah dengan pasti.Kerjasama,keuletan,disiplin,dan tanggung jawab berpadu untuk mengukir prestasi.Jadilah sebuah team yang benar-benar solid,,,memajukan SD 2 Singorojo yang bisa menyejajarkan dengan sekolah di lini satu.Bagaikan singa yang terbangun dari tidurnya....kami bangkit...seiring HARI KEBANGKITAN NASIONAL.......demi anak bangsa.